• Breaking News

    Pengukuran Intelegensi Siswa

    Pengetahuan siswa akan membantu dalam proses pengajaran untuk menentukan apakah siswa itu mampu dan mengerti pelajaran yang tengah diberikan. Dalam kamus Bahasa Indonesia, intelegensi dapat diartikan sebagai kecerdasan. Abdul Rahman Shaleh (2005 : 179) mendefinisikan intelegensi sebagai berikut:
    “Kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah kemampuan yang bersifat umum tersebut meliputi berbagai jenis psikis seperti abstrak, berpikir mekanis, matematis, memahami, mengingat bahasa, dan sebagainya”.

    William Stern (1982 : 221) mengemukakan intelegensi sebagai berikut: “Kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam suatu situasi yang baru dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuannnya”. Menurut William, keturunan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat intelegensi seseorang, sedangkan pendidikan dan lingkungan tidak terlalu berpengaruh terhadap tingkat intelegensi anak.

    Sumadi Suryabrata (2008 : 125) mengemukankan bahwa intelegensi dapat diukur dengan cara mengukur daya pengamatan, reproduksi, daya berpikir, dan sebagainya. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1990 : 57) Intelegensi dapat diukur dengan menggunakan tes intelegensi atau tes IQ (Intelegentie Quotient), tes ini biasa disebut dengan tes Binet-Simon karena tes ini terdiri dari sekumpulan pertanyaan yang telah dikelompokkan menurut umur.

    Tes IQ yang diberikan kepada siswa biasanya dilakukan untuk memperkirakan kemampuan siswa secara menyeluruh, dengan mengetahui tingkatan IQ seorang anak, orang tua maupun guru dapat memperoleh gambaran  mengenai kemampuan anak sehingga mereka dapat mengarahkan pendidikan dan perkiraan profesi yang sesuai dengan minat anak-anaknya dikemudian hari.

    Menurut Konsultasi Psikologi Purposive, Penggunaan tes intelegensi ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan-kemampuan khusus yang dimiliki siswa. Tes ini terdiri dari 9 (sembilan) sub tes, yaitu :
    • SE (Satzerganzung), terutama mengukur segi kemampuan pembuatan keputusan, penggunaan akal sehat, suatu penilaian yang mendekati realitas atau pemaknaan realitas. Penggunaan sub tes ini diharapkan dapat terungkap kemampuan berpikir secara mandiri.
    • WA (Wortauswahl), terutama mengukur daya berpikir verbal yang integratif, memahami visi dari suatu pengertian melalui kemampuan berempati/menghayati suatu masalah yang diformulakan dalam bentuk bahasa.
    • AN (Analogien), mengukur kemampuan fleksibilitas/kelincahan berpikir, kemampuan mengkombinasikan pengetahuan, pemahaman dan kedalaman dalam berpikir, ketetapan berpikir/tidak mengira-ngira. Tes ini penting bagi pengembangan ilmiah.
    • GE (Gemeinsamkeiten), mengukur kemampuan abstraksi yaitu kemampuan dalam membuat pengertian dan menyatakan kembali dalam bentuk bahasa verbal dan berpikir logis dalam bahasa.
    • ME (Merk Aufgaben), mengukur kemampuan atensi atau perhatian, daya ingat atau kemampuan menyimpan kata-kata yang telah dipelajari atau dihafalkan.
    • RA (Rachen Reihen), mengukur kemampuan berpikir induktif praktis atau daya berpikir raktis dalam hitungan.
    • ZR (Zahlen Reihan), mengukur kemampuan berpikir teoritis dalam menggunakan bilangan-bilangan atau hitungan, berpikir matematis, daya nalar dan komponen-komponen yang beraturan.
    • FA (Form Auswahl), mengukur kemampuan membayangkan, kemampuan alam pembayangan, daya mengamati dan memikirkan secara menyeluruh utuh atau analisa-sintesa.
    • WU (Wurfel Aufgaben), mengukur kemampuan daya bayang ruang atau tiga dimensi, komponen kontruksi-teknis.
    Adapun tingkat kecerdasan dan jenjang pendidikan setelah SLTA dapat dilihat sebagai berikut :

    Tabel Penggolongan tingkat kecerdasan seseorang
    No.
    Nilai IQ
    Keterangan
    Jenjang Pendidikan
    1
    > 130
    Very Superior
    Strata 3 (S3)
    2
    120 – 129
    Superior
    Strata 2 (S2)
    3
    110 – 119
    Diatas rata-rata
    Strata 1 (S1)
    4
    105 – 109
    Rata-rata atas
    Strata 1 (S1)
    5
    95 – 104
    Rata-rata
    Diploma
    6
    90 – 94
    Rata-rata bawah
    Kursus
    7
    80 – 89
    Dibawah Rata-rata
    Kursus
    8
    < 79
    Borderline
    Kursus
    Sumber: Yayasan Tunas Harapan.
    Pada umumnya perkembangan tes intelegensi berjalan melewati empat fase, diantaranya :


    1. Fase persiapan. Yaitu fase dimana para ahli sedang berusaha mendapatkan tes intelegensi. Fase ini berlangsung sampai tahun 1915.
    2. Fase naik. Yaitu dimana orang menggunakan tes intelegensi yang telah tersususn tanpa kritik.
    3. Fase mencari tes yang bebas dari pengaruh kebudayaan.
    4. Fase kritis. Yaitu fase yang mulai pada tahun 1950 sampai dengan sekarang.

    Para ahli mengakui bahwa tes intelegensi adalah alat yang baik dan berguna, akan tetapi tes ini mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut :

    1. Tes intelegensi tergantung pada kebudayaan.
    2. Tes intelegensi hanya cocok untuk jenis tingkah laku tertentu. Tingkah laku ini dibagi menjadi empat golongan, diantaranya :
    3. Tingkah laku afektif.
    4. Tingkah laku tradisional.
    5. Tingkah laku rasional berdasarkan nilai-nilai.
    6. Tingkah laku rasional atas dasar tujuan.
    7. Tes intelegensi hanya cocok untuk tipe kepribadian tertentu. Adapun sifat atau kepribadian itu adalah sebagai berikut :
    8. Seseorang harus menurut tanpa kritik, petunjuk yang terdapat pada tes itu.
    9. Seseorang harus mempunyai dorongan bersaing yang besar.
    10. Seseorang harus berpegang pada prinsip ekonomi.
    11. Perbandingan kecerdasan atau IQ yang merupakan hasil yang ditunjukkan oleh tes intelegensi tidak semata-mata tergantung kepada keturunan atau dasar.
    12. Perbandingan kecerdasan atau IQ seseorang tidak konstan.
    13. Dalampenggolong-golongan manusia menurut IQ nya biasanya diikuti suatu pedoman yang sebenarnya harus diterima dengan hati-hati.
    14. Tes intelegensi masih mengandung kekeliruan-kekeliruan.




    3 komentar:

    1. hampir saya gak pernah pengen tahu, gak mau tahu ttg intelegensia murid2 saya selama ini. walau ini penting. tapi buat sy yg lebih penting itu moral dan kecerdasan emosional mereka.

      BalasHapus
    2. IQ, EQ, dan SQ sama penting dan saling berkaitan kang :)

      BalasHapus
    3. interesting articles and commentaries friend, I became interested in reading, I introduce a new blogger from Indonesia origin. greetings

      BalasHapus