• Breaking News

    "Lagu Klasik" Para Koruptor


    Indonesia menduduki peringkat ke-64 dari 177 negara terkorup di dunia pada tahun 2013 lalu. Sebuah peringkat yang membuat kita miris mendengarnya. Saya yakin semua warga negara Indonesia tidak suka dengan hasil survey yang dilakukan oleh Tranparency International (TI) tersebut.

    Namun fakta apa yang terjadi?sepertinya semakin hari semakin banyak yang melalukan tindak pidana tersebut. Dari hasil laporan KPK yang dirilis, sebanyak 70 perkara yang dilakukan pada tahun 2013, dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai 49 perkara. Beberapa kali KPK telah berhasil melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT), dan saya yakin masih banyak kasus yang belum diketahui oleh KPK.

    Mereka (para koruptor) yang belum dan sudah menjadi tersangka, selalu membuat “alasan-alasan klasik” yang membuat masyarakat muak. Sebelum menjadi koruptor, mereka berkata “Tidak untuk korupsi”, mereka berjanji tidak akan pernah melakukan korupsi. Saat menjadi terdakwa, mereka mangkir beberapa kali dari pemeriksaan dengan alasan sakit atau apalah. Setelah jadi tersangka, mereka masih konsisten untuk berkata “Tidak!”, ya tidak mau mengakui kalau mereka telah melakukan korupsi, dan alasannya pun masih sama, yaitu sakit, minta di rawat di Rumah Sakit, bahkan mintanya di Rawat di Rumah Sakit luar negeri. Mereka bilang “saya telah dikorbankan, ini sebuah musibah”. Kenapa mereka tidak sekalian berpura-pura mati saja?!

    Para koruptor di Indonesia ini tidak punya rasa malu, mereka tidak pernah mengakui perbuatannya. setelah ditetapkan sebagai tersangka, beberapa diantara mereka tidak mau melepaskan dan mengundurkan diri dari jabatannya. Mereka masih bisa memberi senyum, berdandan, bahkan jalan-jalan keluar negeri. Seakan-akan mereka anak kecil yang polos dan tidak mengerti bahwa perbuatannya itu sudah merugikan negara ini, terutama merugikan harga dirinya/keluarganya.

    Hukuman untuk para koruptor masih tergolong ringan sekali. Dunia perpolitikan Indonesia semakin tak menentu, calon pemimpin yang “itu-itu saja” seperti tidak ada generasi baru. akibatnya sebagian besar masyarakat “mengabaikan” pesta demokrasi dan Golput lah pilihan terbaik mereka saat ini.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar